Duplicate www.burselfwoman.com 11 Februari 2011
  Setelah harga cabe mencekik, kini giliran harga kedelai  melonjak. Petani mengancam demo. Tapi saya tidak akan menulis perihal  harga kedelai, alasannya ialah tidak mengerti. Saya akan menulis perihal yang  saya tahu saja, yaitu tahu dan tempe. 
  Orang berjualan tempe biasanya juga berjualan tahu. Mungkin alasannya ialah  materi baku sama sehingga tidak ada salahnya sekalian dibuat. Padahal  proses pembuatannya berbeda. Proses  pembuatan tahu lebih rumit dibandingkan tempe. Saya sendiri belum pernah  menyaksikan proses pembuatan tahu. Sedangkan pembuatan tempe sudah  pernah saya saksikan.
 
  Tempe merupakan masakan orisinil Indonesia. Hati-hati jangan hingga  diklaim negara lain. Sementara tahu ialah masakan orisinil China. Kita  mengolahnya sebagai lauk, snack dan juga sayur. Khasiatnya cukup banyak  antara lain melawan radikal bebas, mencegah penuaan, mencegah penyakit  jantung, mencegah kanker dan sebagainya. Silakan baca secara lengkap di  wikipedia.
  Berapa kali anda makan tempe dan tahu dalam seminggu? Setiap hari?  Keduanya memang masakan bergizi dan murah. Namun jangan sembarangan pula  membelinya. Jika anda membeli dipasar, terutama tahu, air peremdam  berbau asam mengatakan tahu sudah terlalu usang disimpan penjual. Tahu  terlalu kenyal juga mengatakan banyaknya zat pemanis berbahaya ibarat  formalin yang heboh beberapa waktu lalu. Demikian pula tahu yang gampang  hancur.
  Selama ini, saya lebih suka berlangganan tahu yang keliling dari  rumah-rumah. Bentuknya lebih meyakinkan dan masih hangat. Tidak ada busuk  asam. Harganya juga sangat murah Rp 3.000,- per 10 biji. Tidak perlu  pusing memasak tahu gres ibarat ini. Hanya dengan membumbui bawang  putih, ketumbar dan garam, tahu sanggup digoreng setengah matang. Rasanya  gurih segar. Tukang tahu keliling biasanya juga membawa susu kedelai.  Anak-anak sangat menyukainya. Sewaktu di Batam dulu, penjual tahu  keliling juga membawa pinggiran tahu yang keras. Pinggiran tahu ini  sangat enak diolah sebagai sambel goreng.
  Sewaktu kecil, tetangga kami ialah pembuat tempe tradisional. Saya  kerap membantu mereka menciptakan tempe meski tidak dibayar. Saya bahagia  sekali terlibat dalam suatu proses produksi dan selalu ingin tau ingin  tahu.
  Jadi, kedelai direbus dulu. Setelah itu dikelupas. Cara  mengelupasnya, kedelai ditaruh dikeranjang bambu kemudian diinjak-injak  dengan kaki. Jangan jijik, ya. Memang waktu itu masih tradisional, belum  ada alat bantu. Sementara itu seorang lagi menimba air kemudian  menggelontorkan ke keranjang tersebut untuk sekalian membersihkan. Air  mengalir keluar di sela-sela anyaman bambu. Jaman dulu juga belum ada  air ledeng. Setelah itu kedelai direndam, dicuci lagi dan diragi.  Katanya, jikalau pembersihan tidak bersih, peragian sanggup gagal. Proses lain  yang saya sukai ialah membungkus. Di tempat kami waktu itu yaitu  Madiun, tempe dibungkus dengan daun jati. Pembuatnya hidup serba  kekurangan, makanya proses pembuatan tempe itu dilakukan dengan sangat  sederhana pula.
  Beberapa tahun kemudian saya berkesempatan untuk berkunjung ke pabrik  tempe semi modern di Patangpuluhan, Yogyakarta, milik Pak Pedro, tokoh  Ketoprak yang sering menerima tugas sebagai orang menyebalkan dan tukang  mengadu domba. Pabriknya tidak terlalu besar didalam gang. Namun proses  ibarat perebusan, pengelupasan dan peragian sudah menggunakan sistim  ban berjalan sederhana. Karyawan juga menggunakan baju bersih. Tempe Pak  Pedro ini dibungkus plastik.
  Tekstur tempe yang dibungkus dengan plastik umumnya lebih padat jikalau  dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun. Tempe jaman kini  tidak lagi dibungkus bijian, melainkan batangan. Mungkin alasannya ialah proses  pembuatannya lebih gampang dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja, yang  berarti mengirit biaya produksi.
  Semoga pemerintah mengambil tindakan atas melonjaknya harga kedelai  ini. Bangsa kita boleh miskin tapi dihentikan bodoh. Orang miskin harus  tetap sanggup membeli lauk murah meriah tapi bergizi ini, semoga kelak  bawah umur mereka pandai dan tidak miskin lagi. Hidup tahu tempe!

 
 
 

Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon