Rabu, 10 Oktober 2018

Info Menikmati Hidup Di Kota Besar?

Masih terbawa pemandangan desak-desakkan antrian pembagian daging qurban di TV, aku teringat beberapa pembicaraan ringan dengan teman-teman aku di Jakarta. Dibenua manapun didunia, kota besar selalu menarik perhatian orang untuk datang. Alasan orang tiba ke kota besar pada awalnya dilandasi dengan kemudahan mencari nafkah. Namun adapula yang secara tak sengaja menerima mutasi pekerjaan kekota besar atau bermaksud menimba ilmu.
Seorang sobat pernah bercerita perihal bagaimana mudahnya mencari penghasilan di Jakarta. Syaratnya hanya mau bekerja
keras dan tidak pilih-pilih. Peluang, kata sobat aku tersebut, tidak perlu dicari-cari alasannya ada dimana saja. Tinggal mau atau tidak. Tidak pilih-pilih dalam artian tidak menentukan menunggu menerima pekerjaan dari suatu perusahaan atau pemerintah. Bahkan katanya, bekerja diperusahaan tidak memberinya kesempatan untuk banyak berkembang. Wiraswasta justru bisa menjadi andalan. Namun demikian banyak yang karenanya menentukan jalan tengah alasannya ragu untuk sepenuhnya menjadi wiraswasta, yaitu menjadi karyawan suatu perusahaan tapi juga mempunyai perjuangan sendiri atau menanamkan modal dalam suatu usaha. Benarkah demikian? Tidak tahu juga.
Yang jelas, dunia selalu mempunyai dua sisi. Kesuksesan tidak bisa diraih semua orang. Tetap saja ada yang gagal menangkap peluang. Entah alasannya kalah bersaing, salah perhitungan, atau bahkan menjadi korban penipuan. Dikota besar, bisnis dikenal sangat kejam.
Sisi menarik lainnya ialah glamournya bekerja digedung-gedung jangkung. Kantor-kantor mewah, yang untuk naik ke lantai atas harus berganti lift saking tingginya, menciptakan keder orang-orang yang tidak biasa. Belum lagi pintu-pintu otomatis dan kemudahan pendukung lainnya yang serba modern. Saya pernah menemui beberapa klien dikantor-kantor glamor di Jakarta. Meskipun aku dari kota kecil, untungnya aku mempunyai percaya diri yang tidak mengecewakan dan sabar memperhatikan kemudahan yang hendak dipakai tanpa terlihat kurang pintar heheheeee… Oh ya, tentunya para karyawan berbaju rapi, bagus dan ganteng.
Namun walaupun kita sering merasa iri dengan mereka yang bekerja ditengah kota besar, digedung-gedung jangkung, bahwasanya teman-teman aku yang bekerja disana juga banyak mengeluh. Biaya keseharian yang teramat tinggi menciptakan mereka merasa diperas. Meski bekerja di gedung jangkung, tidak semua bisa membeli makan siang didalam gedung tersebut. Sebagian besar harus membawa bekal dari rumah atau membeli di warung-warung diluar gedung.
Jakarta menunjukkan daerah hiburan dan wahana buatan yang modern yang tidak ada ditempat lain di Indonesia. Namun tentu saja tidak gratis. Demikian pula mal-mal megah yang tersebar menyediakan banyak sekali keperluan murah hingga glamor tidak terbatas, tergantung kantung anda. Mal juga menyediakan wahana bermain yang lengkap bagi anak-anak, salon, fitness, dan sebagainya dengan tarif mal alias mahal. Tinggal anda putuskan saja, apakah anda termasuk yang mengeduk laba dari sana, atau anda hanya akan mengkonsumsinya alasannya sudah mempunyai penghasilan yang cukup ditempat lain.
Hal penting lain yang coba diraih insan ialah kualitas hidup. Ada yang menilai kualitas hidup dari tersedianya kemudahan lengkap. Ada yang menilai kualitas hidup dari kemudahan mengakses kemudahan tersebut. Di Jakarta, semua kemudahan penunjang hidup tersedia, menyerupai rumah sakit, sekolah atau gelanggang olahraga tidak jauh dari pemukiman maupun perkantoran. Namun dalam situasi darurat, berapa menit yang anda butuhkan untuk mencapai rumah sakit ditengah kemacetan Jakarta? Berapa persen bawah umur usia sekolah yang bisa masuk ke sekolah-sekolah bagus? Berapa kali seminggu anda bisa jogging gratis di stadion, bukannya di fitness centre yang harus membayar biaya membership yang mahal?
Keluhan utama yang kita dengar sehari-hari dari teman-teman di Jakarta ialah transportasi. Perbandingannya, biaya transportasi dari pinggir Jakarta ke tengah kota setiap hari dengan angkutan seadanya, sama dengan biaya bensin selama 3 hari di Pekanbaru untuk bepergian ke beberapa daerah memakai kendaraan beroda empat pribadi. Idealnya, jikalau pemukiman diarahkan keluar sentra kota, maka transportasi harus murah, massal dan nyaman. Jika pemukiman juga dikembangkan didalam kota, warga harus mau tinggal di flat atau apartemen. Orang Indonesia tidak terbiasa tinggal di apartemen atau flat, sementara pemerintah juga tidak bisa menyediakan angkutan massal yang memadai. Maka terjadilah penghamburan waktu dan uang untuk mencapai tempat-tempat megah itu.
Lalu bagaimana menikmati hidup dikota besar menyerupai itu? Sejujurnya aku tidak tahu alasannya aku ke Jakarta hanya sebentar-sebentar saja untuk keperluan pekerjaan dan liburan. Tapi sebenarnya, dalam pandangan sepintas saja, banyak yang bisa dinikmati. Bagi kebanyakan sobat yang terkurung ditempat kerja dari pagi hingga malam, bisa memanfaatkan jejaring sosial lebih dari sekedar guyon, curhat atau ngomel-ngomel tidak jelas. Anda bisa menciptakan page bersama teman-teman anda sesuai dengan hobi contohnya page perihal buku, traveling, agama, film, dan sebagainya. Sempatkan sesekali waktu untuk keluar kantor lebih awal dan berkumpul bersama teman-teman selain rekan kerja alias kopdar alias kopi darat. Mengobrol tidak harus di café-café, tapi bisa juga diruang publik lainnya menyerupai di Salihara, pusat-pusat diskusi, atau perpustakaan. Atau bisa juga nongkrong diruang public lainnya, yang mungkin anda lebih tahu.
Dihari libur, anda bisa memanfaatkan yang ada disekitar rumah. Anda bisa jogging dilapangan bersahabat rumah, bisa berlama-lama di taman, bisa ke pengajian sekali-kali atau ke situ/danau. Taukah anda, mengajak bawah umur menghitung jumlah gerbong kereta api yang lewat disore hari bisa juga mengasyikkan? Mengajak keluarga melihat festival-festival seni akan banyak keuntungannya juga. Jadikan mal hanya daerah untuk belanja kebutuhan tertentu dan makan sekali-kali. Jangan jadikan tujuan utama saat libur. Karena selain boros, anda yang setiap hari merasa kehabisan waktu, tidak akan sempat lagi melihat-lihat sisi lain kota anda yang mungkin saja jauh lebih menarik. Tentu saja tidur bisa menjadi pilihan. Tapi tidakkah anda merasa menyerupai mesin otomatis? Senin-Kamis kerja! Jumat-Minggu tidur! Tahu-tahu anda sudah bau tanah dan pensiun.
Untuk anda yang bekerja di level manajer keatas tentunya bebas menentukan hiburan dimanapun anda suka. Tapi bijaksanalah! Masa keemasan tidak berlangsung selamanya. Hati-hati memanfaatkan uang anda.
www.burselfwoman.com 18 November 2010

Info Menikmati Hidup Di Kota Besar? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar