Jumat, 10 Agustus 2018

Info Survive Di Jalan Antar Lintas Sumatra


Banyak yang menganggap orang menentukan jalan darat melintasi Sumatra alasannya ingin mengirit. Tapi bila perjalanannya ala saya, kelihatannya habisnya sama saja, alasannya aku cukup pilih-pilih dengan akomodasi. Maklumlah bawa anak-anak. Namun demikian, jalan darat memperlihatkan nilai lebih yang tidak ditemui bila naik pesawat, yaitu banyak cerita.
Masih dongeng pulang kampung via darat kemarin, ternyata efeknya sangat terasa, yaitu dongeng aku yang tidak habis-habis. Makara ikuti terus ya, meskipun
antar artikel tidak nyambung, mana yang teringat duluan saja.
Perbedaan terjelas dari jalan-jalan di Jawa dan Sumatra tentunya kepadatan, selain juga jenis kendaraan. Di Jawa, jalan antar propinsi nyaris selalu ramai selama 24 jam. Sementara jalan antar propinsi di Sumatra kebanyakan ramai di siang hari saja, itupun didominasi dengan truk-truk besar pengangkut, kayu, kelapa sawit, batubara dan minyak mentah. Untuk itu mulailah perjalanan sepagi mungkin dan akhiri perjalanan dimalam hari dan menginaplah bila belum hingga ke tujuan. Ini juga perlu perhatian, tidak semua kecamatan ada hotel. Perkirakan anda hingga dikota besar yang ada hotelnya tidak terlalu malam. Jangankan antar kecamatan, antar desa-pun jaraknya di Sumatra sangat jauh, dapat tiga atau empat kali di Jawa.
Truk-truk sering berjalan beriringan sehingga menyulitkan untuk menyalip. Mereka berjalan beriringan semoga dapat saling menolong bila terjadi kerusakan dijalan. Jalanan Sumatra masih didominasi hutan yang panjang, tidak ada rumah dan bengkel. Kabarnya sih untuk keamanan juga alasannya banyak tupai loncat, meski aku belum pernah mendengar ceritanya langsung.
Oleh alasannya itu pula kita harus selalu menyiapkan tambang didalam mobil, selain emergency light dan peralatan perbaikan kendaraan beroda empat standard. Jika terjadi kerusakan, kita dapat minta tolong kendaraan lain yang lewat untuk menarik kendaraan beroda empat kita hingga ke kota kecamatan terdekat. Ini juga beresiko alasannya tidak tahu apakah kendaraan beroda empat yang menolong kita ialah orang baik-baik. Tapi resiko itu lebih kecil dibandingkan berlama-lama mencoba memperbaiki sendiri. Karena kota kecamatan berikutnya dapat saja masih sangat jauh dan melewati hutan, tidak menyerupai di Jawa. Jika kemalaman, akan berbahaya alasannya perlengkapan kendaraan beroda empat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya akan menyulitkan pengendara lain.
Jika terjadi sesuatu dijalan, menelpon bengkel atau polisi juga akan menghadapi banyak kendala, terutama jarak dan sinyal. Jarak yang jauh dari kota menyebabkan pinjaman akan usang sekali datang. Untuk handphone, sebaiknya siapkan alternatif nomor handphone dari provider lain.
Saya suka mengamati mobil-mobil dengan plat Sumatra. Karena niscaya mereka telah sering melewati jalur ini dan paling tahu bagaimana caranya survive melintasi Sumatra dengan kondusif dan menyenangkan.
Yang tampak paling beda dengan aku ialah bawaan. Bawaan mereka sangat banyak, baju bertas-tas, tikar atau karpet dan termos besar. Saya tidak biasa dengan jalan darat yang lama, jadi bawaan aku sangat praktis. Pikir saya, daripada menuh-menuhin kabin yang dapat dipakai untuk selonjor, mendingan beli saja semua makanan dan minuman, kalau perlu baju selama perjalanan. Ternyata orang Sumatra berpikiran lain.
Mereka menghindari koper dan lebih menentukan tas kanvas atau kain, alasannya koper yang keras tidak dapat ditekan supaya muat tas lebih banyak. Mengapa membawa tas begitu banyak. Karena di tiap pom bensin yang bersih, mereka mandi. Satu mobil, anak, ibu-ibu, bapak-bapak, nenek-nenek, semua mandi. Jarak pom bensin satu dengan lainnya di Sumatra juga masih sangat jauh dan tidak selalu bersih, apalagi ada mesjidnya besar-besar menyerupai di Jawa. Makara pengguna jalan tidak dapat sering-sering mampir pom bensin untuk pipis atau sekedar istirahat. Begitu ketemu pom bensin yang bersih, mereka eksklusif bongkar muatan dan mandi untuk menyegarkan diri sehabis perjalanan yang sangat jauh itu. Maka dari itu mereka perlu persediaan baju yang cukup selama perjalanan.
Sambil menunggu giliran mandi, tikar atau karpet digelar dan merekapun berselonjoran atau tiduran untuk melepas lelah sehabis berjam-jam duduk. Lalu yang paling menciptakan tersenyum haru ialah saat mereka membuka bekal nasi dan memakannya beramai-ramai dengan lahap dan akrab. Mereka juga menciptakan minuman hangat untuk menyegarkan tubuh. Saya juga membawa termos kecil yang isinya habis hanya dalam beberapa jam saja. Saya sendiri hanya makan roti sambil bersabar menuju kota berikutnya untuk makan di restoran.
Sebenarnya aku juga membawa nasi bungkus, tapi alasannya kurang persiapan dan perasaan malas ala orang kota, belum dewasa memakannya didalam kendaraan beroda empat sambil terus berjalan. Akibatnya salah satu dari mereka-pun pusing dan pengin muntah. Untungnya tidak jadi, tapi terpaksa terus mengurutnya sepanjang jalan.
Jadi intinya, di jalan darat yang sepi, panjang dan melelahkan melintasi Sumatra itu, yang penting ialah enjoy. Keluarga-keluarga Sumatra tadi sudah mencontohkan bagaimana caranya enjoy ditengah keterbatasan, sementara aku terlalu fokus pada perjalanannya, sehingga yang terasa ialah capek dan stress alasannya tidak sampai-sampai. Dan tentusaja keamanan yang utama.
Nikmati perjalanan anda, jangan biarkan berlalu begitu saja tanpa kesan. Dadaaa…..

Info Survive Di Jalan Antar Lintas Sumatra Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar