Jumat, 10 Agustus 2018

Info Bukit Bintang Kuala Lumpur

Ketika merencanakan perjalanan ke Kuala Lumpur, yang saya lakukan pertama kali ialah search top 5 tempat-tempat paling yang paling banyak dikunjungi di google. Yang teratas ialah Bukit Bintang. Dibanding membaca laporan media yang bombastis dan penuh promosi, saya lebih mempercayai blog pribadi. Meski biasanya ada perbedaan, tapi untuk Bukit Bintang ini kebanyakan beropini sama, yaitu tempat tujuan wisatawan yang disejajarkan dengan Orchard dan Malioboro. 
Tadinya saya mengkerutkan kening alasannya ialah Orchard dan Malioboro sangatlah jauh berbeda. Trotoar Orchard sangat lapang, sedangkan trotoar Malioboro dipersempit oleh pedagang kaki lima dan parkir sepeda motor. Orchard dipenuhi mal dan brand internasional, sedangkan Malioboro dipenuhi kerajinan dan produk  seni. Entah bagaimana Bukit Bintang dapat sama
dengan keduanya. Bukit Bintang juga digambarkan ramai dengan pemusik atau seniman jalanan. Baiklah, kalau begitu saya harus menginap disana.
Turkish ice cream yang gokil
Bukit Bintang itu bahwasanya nama jalan. Tapi alasannya ialah namanya yang sudah populer di kalangan pelancong, maka kalau menyebut Bukit Bintang berarti seluruh tempat hingga Jl Alor, Low Yat Plaza dan Pavillion. Banyak hotel yang bahwasanya tidak berada persis di Jl Bukit Bintang, tapi menuliskannya di alamat mereka supaya calon pelancong mempunyai citra seberapa bersahabat dengan Jl Bukit Bintang.
Kenyataannya bagaimana? Memang benar, Jl Bukit Bintang sangat ramai dengan pelancong. Tapi sayangnya tidak tergambarkan langsung Melayu disana. Saya sungguh tak menerka ternyata pemerintah Malaysia jauh lebih longgar daripada pemerintah Indonesia. Kawasan Bukit Bintang didominasi hotel dan restoran milik pengusaha suku bangsa India dan Cina. Sulit menemukan makanan yang tenang di perut. Restoran Cina terang-terangan menulis sajian "pork" di spanduknya. Hanya satu restoran Cina yang mencantumkan goresan pena halal. Mungkin ada yang lain, tapi sulit menemukannya. Masakan India sudah terperinci halal, tapi kebanyakan terlalu spicy, berat dan bersantan.
Nasi briyani
Di malam hari, club-club malam mulai hidup ditandai dengan dentuman live music. Jika tak cendekia menentukan hotel, selamat berjaga hingga dini hari. Seniman jalanan ada beberapa, tapi tak sebanyak menyerupai di Malioboro. Selebihnya ialah suasana yang sama sekali tidak cocok untuk liburan keluarga. Pemilik-pemilik restoran yang sepi pengunjung dan karyawannya, akan berjejer di pinggir trotoar dengan baju yang sangat minim. Beberapa sangat seronok dengan shorts yang sangat pendek dan atasan yang super ketat. Belum lagi ajuan pijat penuh rayuan di depan lorong-lorong ruko bertingkat dengan pintu-pintu sempit.
Meski saya miris harus kemudian lalang di tempat menyerupai itu, tapi saya masih dapat bersyukur alasannya ialah menentukan hotel di Jl Bulan yang relatif tenang, cocok untuk keluarga dan bersahabat dengan monorail. Meski tadinya merasa kurang puas alasannya ialah tidak berhasil booking hotel di Jl Bukit Bintang, tapi ternyata itu ialah berkah tersembunyi. 
Yang saya juga heran ialah banyak blog yang menyarankan untuk makan di Alor Street di malam hari, padahal tampaknya pemilik blog seorang muslim. Saya sudah kesana dan tidak menemukan makan malam halal. Alor Street itu benar-benar ramai menyerupai pasar. Saya hanya sempat membeli es krim Turki saja, yang penjualnya sangat menghibur dan sempat mengakrobatkan es krimnya.
The Pavillion
Menyeberang perempatan ke arah Pavillion, ialah formasi toko brand abnormal dan mal. Paling ujung ialah H&M, disusul merk-merk dunia ternama lainnya. Sangat kontras dengan formasi sebelum perempatan. Seperti antara tempat sederhana dengan elite. Meski yang dijual ialah merk-merk ternama yang sudah niscaya mahal-mahal, tapi semua toko riuh dengan pengunjung. Ya, ternyata aneka macam orang kaya. Pengunjung dari Indonesia tampak mencolok menenteng tas-tas belanjaan berstempel merk-merk terkenal. Semoga bukan hasil korupsi, ya. Di tempat ini juga banyak hotel tapi agak jauh dengan monorail. Tempat nongkrong juga banyak dengan harga makanan dan minuman menyesuaikan tempatnya, tentu saja.
Maaf, saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Saya hanya ingin bercerita apa adanya. Bukit Bintang memang asik, tapi tak cocok untuk keluarga.
Sudah larut malam. Saya akan lanjutkan dongeng saya ihwal KL di postingan berikutnya.

Info Bukit Bintang Kuala Lumpur Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar