Demi membuang resi-resi yang sudah menumpuk, saya paksakan postingan ini. Maaf bila kurang tepat alasannya yakni lagi-lagi fotonya bersama laptop saya yang hilang dirampok. Insya Allah bila saya kesana lagi akan saya ganti dengan foto yang lebih ciamik.
Amanat HB IX kepada rakyatnya untuk tunduk pada pemerintah RI. |
Ke Jogja wajib mengunjungi Kraton, tidak hanya untuk mengenang masa kejayaan monarki Jawa tapi juga kiprahnya yang sangat penting pada masa kemerdekaan Indonesia. Kedudukan kraton yang dihormati oleh pemerintah Belanda, menciptakan kraton leluasa melindungi pejuang Republik Indonesia. Jika ada keraguan ihwal keistimewaan Jogja, datanglah ke kraton untuk melihat sendiri prasasti yang berisi perintah dari Sultan Hamengku Buwono IX kepada rakyat Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk tunduk kepada pemerintah Indonesia. Tanpa perintah itu, penduduk Jogja kini akan mempunyai kewarganegaraan sendiri.
Waktu yang tepat untuk tiba ke kraton yakni selain liburan sekolah. Kraton paling banyak dijadikan tujuan wisata anak sekolah. Kraton di Jogja hanya satu, yaitu di alun-alun utara. Sedangkan Puro Pakualaman dulunya yakni Kadipaten, bab dari Kraton Jogja, yang juga diperintahkan untuk melebur dalam propinsi Daerah spesial Yogyakarta.
Guide sedang menunjukan silsilah keluarga kraton. |
Tiket masuk ke kraton sangat murah, tapi saya tidak ingat. Mungkin sekitar Rp 5.000 dan masih ditambah lagi bila membawa masuk kamera. Ajaklah guide untuk menunjukan apa saja yang ada didalam kraton. Tanpa guide, isinya hanya benda mati yang kita kagumi alasannya yakni usia yang usang dan bahannya yang berkualitas tinggi.
Waktu berkunjung ke kraton saya mengajak guide, seorang kakek yang bangun di pintu gerbang. Kakek ini sangat ramah dan banyak mempunyai dongeng dongeng dan behind the scene benda-benda yang ditampilkan. Misalnya, dikala melewati ruang jamuan makan yang sangat besar, ia bercerita siapa saja yang pernah makan disana. Beliau juga bercerita banyak ihwal Lady Diana yang pernah makan disana dan apa kesukaan Lady Di. Dari nada ia tercermin pula perilaku tidak terima atas kurangnya penghargaan terhadap pengorbanan Sultan yang telah melindungi para pejuang, kemudian menyerah dan bergabung dengan Indonesia. Sebenarnya tidak membayar guide juga tidak apa-apa, tergantung kerelaan saja, saya memberi Rp 200.000,-.
Sultan yakni penghobi fotografi kelas berat :) |
Dekat pintu keluar terdapat kios souvenir. Harganya memang agak tinggi, tapi saya beli juga beberapa alasannya yakni di luar tidak ada. Setelah keluar, banyak pedagang makanan. Kita sanggup istirahat dibawah pohonnya yang besar-besar.
Jika masih ada waktu, mampirlah ke Museum Kareta milik kraton, tak jauh dari sana, hanya beberapa puluh meter jalan kaki. Disini membayar tiket lagi, tapi murah, hanya Rp 3.000 untuk orang dan Rp 1.000 untuk kamera.
Note: Karaton dan Kareta bukan typo atau salah ketik, tapi demikianlah yang tertulis di karcis.
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon