Jumat, 12 Oktober 2018

Info Terbang Bersama Umbrus Airways

Maskapai ini ialah pilihan ketiga sesudah pilihan pertama tidak ada koneksitas pada waktu transit, sedangkan yang kedua harga tiketnya terlalu mahal. Maskapai ini bersama-sama disebut sering mengalami penundaaan penerbangan, namun di animo pulang kampung rasanya tidak ada alat transportasi yang sempurna waktu. Kaprikornus aku pikir, apapun pilihan maskapai di animo mudik, hasilnya akan sama saja, perlu kesabaran tingkat tinggi. Penundaan eksklusif
terbukti pada penerbangan pertama. Pesawat terlambat satu jam. Walaupun kesal, setidaknya penerbangan kedua masih cukup lama. Saya teringat beberapa waktu kemudian betapa sebuah maskapai penerbangan nasional sesumbar telah menjadi jagoan alasannya menolak menunggu seorang anggota DPR, meskipun hanya terlambat lima menit. Saya rasa itu terlalu berlebihan, alasannya senyatanya tidak ada satupun maskapai kita yang populer sempurna waktu. Penundaan sepuluh kali lebih usang dari lima menit tanpa pemberitahuan dan kompensasi itu sudah biasa. Saya sungguh sebal dengan gembar-gembornya info tersebut. Rindu jaman Orba ketika setiap penundaan penerbangan berarti mendapat kompensasi berupa sekotak camilan manis atau makanan. Oh ya, mungkin saja materi seat pesawat dari kulit asli, tapi percayalah, daerah duduk bis patas jauh lebih nyaman.
Sewaktu transit di Jakarta, sungguh konyol harus menunggu usang turun dari pesawat alasannya harus menunggu tangga yang dipakai secara bergantian dengan pesawat lain. Prosedur transit kali ini juga berbeda, mungkin untuk mengantisipasi penumpukan antrian. Transit kali ini tidak terpusat, melainkan dicegat disetiap anjungan kedatangan penumpang. Ide manis yang menjadi menyusahkan alasannya petugas tampaknya dadakan, tidak terampil.
Keadaan semakin kacau ketika mencapai anjungan keberangkatan. Calon penumpang tumpah ruah tertumpuk akhir keterlambatan kegiatan penerbangan. Karena tidak tertampung, aneka macam yang duduk lesehan kelelahan. Suasana menjadi jauh lebih jelek dari stasiun Senen sebagai stasiun kereta api ekonomi. Sungguh memalukan menyandang nama bandar udara internasional. Bahkan stasiun kereta api Senen lebih kreatif menjaga kenyamanan calon penumpang dengan menggelar karpet lesehan bagi penumpang yang tidak kebagian daerah duduk diruang tunggu.
Setelah mengalami keterlambatan satu jam lebih tanpa klarifikasi yang memadai apalagi kompensasi, karenanya pesawat siap, namun calon penumpang yang kelelahan diperintahkan segera berbondong-bondong pindah anjungan. Suasananya sangat menyerupai penumpang mengejar bis di terminal Pulogadung.
Ketidaktrampilan petugas transit yang aku sebutkan tadi  benar-benar menyusahkan pada dikala calon penumpang boarding. Banyak keluarga dengan anak kecil yang terpisah. Saya-pun sebelumnya juga begitu. Tiket transit bukan aku yang mengurus. Saya mengetahui agak terlambat ketika mendekati waktu boarding. Namun aku berhasil ngotot ke desk transit utama meminta pengubahan nomor daerah duduk yang semuanya terpencar. Akhirnya daerah duduk sederet berhasil didapat walaupun nomor 2 dari belakang. Mungkin penumpang lain, menyerupai yang mengurus tiket saya, menggampangkan hal itu, mengharapkan pramugari akan mengaturnya diatas pesawat. Padahal setahu saya, manifest di pesawat tidak bisa begitu saja dirubah.
Suasana kacau alasannya yang terpencar tidak hanya satu keluarga, tapi banyak. Pramugari perlu waktu yang lama, lebih dari 30 menit untuk menyatukan keluarga-keluarga itu, setidaknya ibu dengan anaknya. Yang lebih ajaib lagi, petugas transit memberi nomor daerah duduk ibu-ibu dengan balita, bahkan bayi akrab dengan pintu keluar dan pintu darurat, yang dihentikan oleh hukum penerbangan. Ini merupakan syarat keselamatan penerbangan, dimana yang duduk disana dibutuhkan ialah orang-orang yang bisa bertindak dalam suasana darurat, atau dengan kata lain orang cukup umur sendirian tanpa menggendong bayi. Lagi-lagi pramugari harus memohon-mohon menukar daerah duduk mereka dengan bapak-bapak yang bersedia.
Saat ini bentuk tiket sering berupa print-out yang berisi daftar nama orang yang akan duduk dikursi itu. Jaman dulu, ketika satu tiket untuk satu orang, ada tiket free of charge untuk bayi yang dipangku, berisi nama dan umur. Kaprikornus dulu meskipun dipangku tetap mempunyai tiket. Ini memudahkan petugas darat (yang terampil) mengatur posisi duduk penumpang, terutama yang bersama anak kecil, balita atau bayi, biar tidak kacau dan menghambat ketepatan waktu penerbangan.
Akhirnya, terbanglah kami dengan Umbrus Airways. Oh ya, umbrus ialah bahasa Pekalongan yang artinya kacau balau, serba terburu-buru yang tidak teratur.

Info Terbang Bersama Umbrus Airways Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar