Pernah menggerutu menyerupai ini, “Ngapain jauh-jauh ke luar negeri tapi makannya mie instan juga?” Namun bagi yang berdomisili usang di suatu daerah, kadang ada perasaan rindu dengan kuliner khas masa kecil dulu. Makanan di Pekanbaru didominasi dengan kuliner pedas ala Padang, Minang dan Melayu. Bahkan kalau tidak cerdik menentukan restoran, akan menerima kuliner yang asal pedas saja, tanpa keseimbangan rempah bumbu.
Bagi orang Pekanbaru yang dibesarkan di Jawa, dan terbiasa dengan kuliner bagus atau gurih, cukup sulit menemukan restoran dengan kuliner bercita rasa Jawa. Paling banyak yakni ayam penyet dan nasi uduk yang ada
disetiap tepi jalan, yang umumnya buka di malam hari. Salah satu restoran yang menyajikan kuliner dengan cita rasa Jawa yakni restoran Sate Solo yang terletak di Jl. KH Ahmad Dahlan, Pekanbaru, tepatnya didepan kompleks sekolah dan perguruan tinggi Yayasan Masmur. Restoran Sate Solo sendiri ada 3, beberapa meter dari restoran ini dan di jalan Durian. Tapi yang aku rekomendasikan yakni yang sempurna didepan Yayasan Masmur ini.
Menu yang disajikan yakni sajian umum menyerupai sate, gudeg, opor, tongseng dan lain-lain. Meski judul restorannya Sate Solo, tapi berdasarkan aku rasa satenya biasa saja, baik sate ayam maupun kambingnya. Yang paling aku rekomendasikan yakni buntut goreng cabe hijau. Buntut goreng ini benar-benar nikmat. Dagingnya sangat empuk tapi tidak hancur. Pedasnya juga pas. Yang kedua yakni sop buntut dengan cita ras yang lebih besar. Harganya tidak mahal, hanya Rp 30.000 satu mangkok cukup untuk lauk tiga orang. Menu lain yang patut dicoba yakni tongseng, tapi harganya aku lupa.
Untuk minuman, paling segar es jeruk nipis. Untuk es telernya agak aneh, menyerupai es campur. Harganya juga tidak mahal.
Jangan lupa ya, pesan buntut gorengnya, niscaya ketagihan.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon