Cukup sulit mendapat penjual kuliner Sumatra di Jogja semacam lontong sayur khas Medan yang rasanya pas.
Kebiasaan orang Jogja memasukkan gula merah ke semua bumbu berbahan cabe-lah yang merusak rasanya. Kalau dipikir absurd juga ya, dikasih cabai sebab pengin pedas, kemudian diberi gula semoga tidak kepedesan.
Untuk kelas warung, ada hal lain yang menghilangkan citarasa kuliner Sumatra, yaitu bila penjualnya berbahasa Jawa medok. Hihihiii....
Sebenarnya aku sering beli di penjual sarapan ini tapi nasi kuningnya sebab lebih gampang dibawa. Tapi kalau pas kangen kuliner Sumatra, aku beli lontong sayur juga. Syukurlah, penjualnya memakai bahasa Indonesia berlogat Medan, jadi ngaruh ke sugesti masakannya.
Warung kakilima ini selalu ramai semenjak buka. Entah bukanya jam berapa tapi jam 5.45 sudah ada. Harinya Senin hingga Sabtu ya, Minggu tutup, sebab sasaran pasarnya yaitu orang yang tidak sempat memasak sarapan di hari kerja. Meski begitu penjualnya cukup cepat menyiapkan pesanan pembeli dan urut.
Sampai hari ini, lontong sayurnyalah yang paling Sumatra di Jogja.
Kami semua suka. Tauconya cukup terasa. Karena di Jogja, aku pun pesan yang pedas, kalau di Sumatra aku niscaya pesan yang biasa. Ternyata memang pedasnya sini masih dibawah biasanya sana. Heheee....
Harganya cukup terjangkau, Rp 6.000 untuk nasi kuning, Rp 7.500 untuk lontong sayur.
Apalah artinya sarapan di warung orang Sumatra tanpa ngobrol? Meski di emperan toko swalayan, ada kursinya kok kalau mau makan disana sambil ngobrol-ngobrol renyah ihwal apa saja meski nggak kenal. :))
Lontong Sayur Khas Medan Prima
Jl. Monjali
Sleman
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon