Kedai Rakjat Djelata sudah bikin aku ingin tau semenjak lama.
Ini alasannya ialah penampilan luar yang jadul tampak menjanjikan untuk duduk santai. Sayangnya, kalau siang hingga sore, arus kemudian lintas di bangjo (traffic light) Jl Dr. Soetomo didepannya sangat nggilani.
Nyaris tidak mungkin untuk manuver kendaraan beroda empat keluar masuk parkiran yang nggak terlalu luas.
Nyaris tidak mungkin untuk manuver kendaraan beroda empat keluar masuk parkiran yang nggak terlalu luas.
Barulah suatu malam berkesempatan kesana. Itupun parkirnya numpang di halaman parkir kantor sebelah yang sudah tutup. Tapi setidaknya jalanan sudah lengang jadi bebas untuk bermanuver. Kebetulan itu final demam isu pulang kampung sehingga pada jam 20.00 itu sudah banyak sajian yang habis. Sudah dikuras para wisatawan. Kaprikornus agak susah juga dengan pilihan sajian terbatas.
Niatnya sih mau cari roti bakar saja. Pas googling, wow roti bakarnya kelihatan aduhai. Jaman dulu roti bakar ialah daerah nongkrong mahasiswa. Duduknya nggelar tikar. Biasanya dijual bareng jagung bakar dan pisang bakar. Minumnya paling es teh atau es jeruk. Sekarang kok susah dicari. Sudah tutup, kalah dengan cafe murah yang tempatnya lebih nyaman. Padahal yummy buat sobat ngobrol malam alasannya ialah menunya tidak terlalu berat.
Lagi-lagi sayang, roti bakar yang aku incar sudah habis, adanya yang biasa saja. Yo weslah daripada nggak ngapa-ngapain. Dibagian depan ada kedai, semacam counter tapi besar, untuk mendisplay masakan berat. Disebelahnya ada counter minuman daa snack. Snack-nya sudah habis. Makanan beratnya nasi dengan lauk ala Jogja, kebanyakan bersantan, menyerupai brongkos, lodeh dan sebagainya. Nggak cocok buat makan malam orang diet menyerupai saya. Kabarnya kalau di jam makan hingga antri panjang, tapi ada free teh gitel (legi tur kentel atau bagus dan pekat) kalau sudah nggak tahan ngelak alias haus.
Counter di Kedai Rakjat Djelata memang dipisah-pisah untuk memecah antrian.
Sedangkan untuk roti bakar tadi counternya di belakang.
KEDAI RAKJAT DJELATA
Jl. Dr Sutomo No.54, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
Telepon: 0274-7437435
Niatnya sih mau cari roti bakar saja. Pas googling, wow roti bakarnya kelihatan aduhai. Jaman dulu roti bakar ialah daerah nongkrong mahasiswa. Duduknya nggelar tikar. Biasanya dijual bareng jagung bakar dan pisang bakar. Minumnya paling es teh atau es jeruk. Sekarang kok susah dicari. Sudah tutup, kalah dengan cafe murah yang tempatnya lebih nyaman. Padahal yummy buat sobat ngobrol malam alasannya ialah menunya tidak terlalu berat.
Lagi-lagi sayang, roti bakar yang aku incar sudah habis, adanya yang biasa saja. Yo weslah daripada nggak ngapa-ngapain. Dibagian depan ada kedai, semacam counter tapi besar, untuk mendisplay masakan berat. Disebelahnya ada counter minuman daa snack. Snack-nya sudah habis. Makanan beratnya nasi dengan lauk ala Jogja, kebanyakan bersantan, menyerupai brongkos, lodeh dan sebagainya. Nggak cocok buat makan malam orang diet menyerupai saya. Kabarnya kalau di jam makan hingga antri panjang, tapi ada free teh gitel (legi tur kentel atau bagus dan pekat) kalau sudah nggak tahan ngelak alias haus.
Counter di Kedai Rakjat Djelata memang dipisah-pisah untuk memecah antrian.
Sedangkan untuk roti bakar tadi counternya di belakang.
Harga-harga disini murah-murah jadi waktu itu sajian roti bakar yang sisa aku pesan semua saja hahahaa.
Tapi masnya bikinya agak lama, mungkin sudah kemalaman ya, ngantuk dan lelah. Saran aku sih kalau kesulitan parkir mobil, mungkin dapat numpang parkir di seberang, di bekas bioskop Mataram. Tapi pastikan ada tukang parkir yang jagain. Meskipun bayar parkir, yang penting aman.KEDAI RAKJAT DJELATA
Jl. Dr Sutomo No.54, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta
Telepon: 0274-7437435
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon