Rabu, 08 Agustus 2018

Info Mangut Lele Asap Sorwit Keraton Yogyakarta


Sorwit artinya ngisor uwit atau dibawah pohon. Heheheee.... Alamat Keraton Yogyakarta enggak usah dikasih tahu ya, aku enggak tahu soalnya, tahu letaknya saja.
Waktu itu aku ke Keraton Yogyakarta hari Jumat. Itupun kesiangan. Maklumlah liburan, malas bangkit pagi-pagi. Akibatnya kami kesana mendekati jam sholat Jumat. Tapi entah mengapa, aku yang biasanya maunya serba tap tap tap, malah nyantai saja. Padahal kemungkinannya Keraton sudah penuh nuh diliburan
seperti itu. Apalagi kantong parkir sangat jauh dan jalan kaki juga panas banget. Benar saja, hingga disana, jangankan parkir, mau lewat saja harus bersabar diantara orang berjalan. Dalam kondisi menyerupai itu, lebih baik menahan diri, jangan main klakson saja, orang-orang yang sudah kepanasa dapat marah. 

Sebenarnya kami sudah melewati kantong parkir, tapi mau iseng muter dulu, siapa tahu ada parkir liar yang lebih bersahabat (jangan ditiru). Ketika hendak melewati depan gerbang masuk pengunjung, tiba-tiba seorang tukang parkir melambaikan tangan. Saya agak heran, memangnya mau diparkirin dimana? Semua penuh pedagang kaki lima. Dari heran berubah kaget alasannya ialah tukang parkir itu dengan cekatan membantu beberapa pedagang kaki lima kukut-kukut, menggeser dagangan untuk memberi ruang pada kami. Mungkin mereka mengira kendaraan beroda empat kami yang berplat AB bukan wisatawan, melainkan tamu Keraton. Hahahaaa geer.
Mencari daerah parkir
Kami segera masuk dan berkeliling (nanti aku postingkan tersendiri). Setelah itu, semua pengunjung diminta keluar alasannya ialah Sultan dan abdi dalem yang muslim akan sholat bersama pengunjung muslim lainnya di mesjid didepan Keraton. Yang wanita bagaimana? Yang wanita lebih banyak didominasi duduk-duduk menunggu dibawah beberapa pohon di halaman luar Keraton yang besar dan rindang, tapi masih didalam gerbang masuk.
Segeralah pedagang asongan, rata-rata masakan dan minuman menyerbu kami. Siang terik itu tampaknya semua pengunjung kelaparan. Gayung bersambut. Saat itulah tiba seorang ibu dengan sepeda kuno, berhenti sempurna disebelah saya. Ibu itu menurunkan bejana dan panci besar-besar, kemudian menggelar dagangannya. Saya eksklusif terbelalak alasannya ialah yang dijualnya ialah masakan khas Jogja lama. Sudah usang aku mencari yang menyerupai ini. Tiba-tiba kini malah mendatangi saya. Mimpi apa ya, saya? Makara bagaimana? Hajar, dong!
Sepertinya dikala itu banyak pendatang dari luar kota, terbukti mereka hanya melongok-longok saja dagangan ibu ini. Mereka lebih menentukan bakso. Akhirnya cuma aku dan beberapa karyawati Keraton yang membeli. Setelah melihat aku makan demikian nikmat hingga nambah, barulah mereka ikutan membeli. Bahkan yang sudah makan bakso ikutan membeli dengan dibungkus.
Jadi, kita makan memakai pincukan daun pisang. Nasi yang disediakan ialah nasi putih pulen, khas Jawa. Menunya majemuk antara lain mangut lele (lelenya diasap suedaaap betul), opor ayam tahu, pecel sayuran, sambel goreng krecek dan masih banyak lagi yang aku tak ingat alasannya ialah tak tampak di foto. Yang paling memorable tentu si mangut lele asap itu. 
Harga? Tidak ingat. Tapi muraaah.... Duh kapan lagi ya kesana?

Info Mangut Lele Asap Sorwit Keraton Yogyakarta Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar