Jumat, 28 Desember 2018

Info Cukup Setengah Hari Di Selatan Jogja Menjelajah Pegunungan Dan Pantai

Puncak Becici, Muntuk Dlingo, Bantul

Salah satu penyebab Jogja makin berkibar sebagai destinasi utama pariwisata Indonesia yakni obyek wisata usang yang terpelihara, obyek wisata gres yang terus tumbuh dan jarak antar obyek wisata yang dekat. Semua itu sanggup ditempuh dengan gampang memakai kendaraan beroda empat atau sepeda motor, baik milik pribadi maupun sewa. 

Teman-teman dari banyak sekali kota sering bertanya, bagaimana cara menikmati Jogja dengan maksimal bila hanya punya setengah hari? Misalnya bila hanya punya waktu Sabtu untuk jalan-jalan di Jogja alasannya yakni Jumat masih ngantor, sedangkan Minggu mau bersih-bersih rumah dan basuh kendaraan beroda empat sebelum kembali bekerja di hari Senin. Menjelajah selatan Jogja ini yakni satu pola apa saja yang sanggup teman-teman dapatkan dengan waktu sesempit itu. Teman-teman bahkan tak perlu menginap di Jogja bila punya acara di hari berikutnya menyerupai itu.

Misalnya teman-teman tinggal di Jakarta, maka secara garis besar jadwal jelajah selatan Jogja yakni sebagai berikut:
  • Pagi naik pesawat dari Jakarta ke Yogyakarta
  • Menjelajah selatan Jogja
  • Naik pesawat terakhir pulang ke Jakarta
Agar planning teman-teman berjalan mulus, gunakan maskapai terpercaya menyerupai Garuda yang nyaris tak pernah delay kecuali ada force majeure. Kalau delay, planning sanggup berantakan. Tiket Pesawat murah sanggup saja didapat meski tamat pekan. Caranya, incar jauh-jauh hari dan jangan berurutan dengan tanggal merah di hari Jumat. Teman-teman sanggup mengincar Tiket Pesawat Garuda melalui  website Skyscanner atau mengunduh aplikasinya supaya lebih praktis.


Foto diatas yakni ilustrasi bila teman-teman merencanakan ke Jogja pada tanggal 21 April 2019, pas hari Kartini. Bisa tu, ke Jogja rame-rame dengan mom squad. Tiket Pesawat Garuda Indonesia dengan gampang sanggup dicari dan dibooking. Saya paling suka dengan fitur pengaturan waktu Pergi dan Pulang yang sanggup kita geser-geser sesuai dengan planning kita. Dengan fitur ini kita sanggup pribadi block jam yang diinginkan tanpa capek mata scroll melihat hasil filter waktu.

Sedangkan destinasi yang sanggup menjadi pilihan teman-teman dalam waktu sesingkat itu adalah:

  • Pasar Kakilangit, Mangunan, Dlingo, Bantul
  • Puncak Becici, Muntuk, Dlingo, Bantul
  • Bukit Lintang Sewu, Muntuk, Dlingo, Bantul
  • Hutan Pinus Asri, Mangunan, Dlingo, Bantul
  • Gumuk Pasir Parangtritis, Bantul
  • Pantai Parangtritis, Bantul
Untuk mencapai lokasi tersebut dari bandara juga cukup gampang alasannya yakni sudah terjangkau taksi online. Saran saya sih lebih baik menyewa kendaraan beroda empat bersama sopirnya saja supaya fleksibel. 

Perlu dicatat bahwa obyek wisata di sekitar wilayah itu sangat banyak sehingga teman-teman sanggup menggantinya dengan yang lain sewaktu-waktu disana bila terpaksa. Tak perlu jauh-jauh buang waktu bila salah satu destinasi diatas dalam perbaikan atau masih banyak kesempatan untuk menambah destinasi. Misalnya ketika lewat sana kok ada obyek gres atau yang berdasarkan teman-teman lebih menarik, tinggal berhenti saja di lokasi tersebut. Bahkan dalam berwisata, selera orang berbeda-beda.

JELAJAH PEGUNUNGAN

Dari bandara, teman-teman sanggup pribadi menuju obyek wisata pegunungan Sewu di daerah Dlingo, Bantul, yang sedang hits. Banyak yang mengira, obyek wisata di Dlingo itu hanya Taman Buah Mangunan yang terkenal dengan perburuan sunrise-nya. Tidak usah kecewa bila sunrise tak terkejar alasannya yakni bekerjsama seputar Dlingo itu banyak sekali obyek wisata yang bagus, yang tidak habis dalam sehari. 

Februari 2019 lalu, kami sekeluarga sudah mencoba jalur ini, semoga kondisinya masih sama sehabis 1,5 bulan kemudian. Kami memulainya agak siang, yaitu jam 11.00, alasannya yakni kalau hari libur memang malas keluar rumah pagi-pagi. Di hari kerja, kami semua sudah keluar rumah jam 06.00, jadi di hari libur kami ingin menikmati suasana santai dulu hingga agak siang. 

Jika teman-teman berangkat dengan pesawat paling pagi, sanggup sarapan dulu setibanya di Jogja. Sepanjang jalur dari bandara ke Imogiri, banyak kok rumah makan untuk sarapan. Misalnya Soto Pak Marto dan Gudeg Bu Tjitro diseberang JEC atau jajan di Pasar Imogiri. Sepanjang jalan Imogiri Timur sehabis ring road juga banyak warung soto yang meski tidak terkenal tapi segar khas terbelakang dengan embel-embel kemangi.

Rute menuju ke Dlingo sanggup diikuti melalui google maps dan cukup akurat alasannya yakni merupakan destinasi wisata yang sedang populer. Yang kami incar bekerjsama hanya 2, yaitu hutan pinus dan puncak Becici. Puncak Becici dahulu sempat dikunjungi Barack Obama. Ternyata disana banyak sekali spot yang dibuka masyarakat setempat dan ditata rapi untuk wisatawan. Jadi, tinggal pilih saja.

Memasuki wilayah Mangunan, Dlingo, yang pertama kami kunjungi yakni Pasar Kakilangit. Ini yakni pasar untuk keperluan wisata, jadi tidak buka tiap hari. Yang dijual yakni banyak sekali masakan tradisional. Pasar ini harusnya sudah tutup pada jam 12.00. Untunglah ketika kami sampai, masih banyak kedai yang buka. Kata bapak pengurus yang ramah, dimusim libur mereka buka hingga jam 15.00. Karena didesign untuk wisata, maka seluruh partisipan memakai busana budpekerti Jawa. Mata uang yang dipakai juga dari tanah liat kering yang dicetak. Ada counter khusus untuk penukaran uang.



Di pasar Kakilangit ini dijual banyak sekali masakan khas setempat antara lain, pecel, gethuk, tiwul, sate kere, baceman, peyek dan sebagainya. Selain makan sate kere dan tiwul disana, saya juga membawa pulang serundeng. Serundeng yakni parutan kelapa yang dibumbui. Rasanya manis legit tapi juga ada gurihnya. Sekantung serundeng harganya Rp10.000,- dan sanggup menjadi sahabat makan nasi yang bikin nambah terus. Serundeng ini mengingatkan jaman kecil saya dulu. Ibu saya sering menciptakan serundeng alasannya yakni sanggup disimpan berhari-hari, nggak capek di dapur. Tapi buatan ibu saya dulu ada potongan dagingnya kecil-kecil, yang ini tidak ada.



Dari Pasar Kakilangit, kami naik lagi dan menjumpai beberapa obyek wisata yang dikelola warga. Sampai disuatu pertigaan kami belok kiri mengikuti petunjuk ke arah hutan pinus. Di pertigaan ini ada rumah Hobbit. Meski bekerjsama ini disesuaikan dari film petualangan fantasi, tapi rumah Hobbit ini banyak disukai bawah umur kecil. Kami sendiri tidak mampir alasannya yakni perhatian pribadi teralihkan oleh hutan pinus disebelahnya. Dari sinilah formasi hutan pinus dimulai hingga jauh ke dalam.

Kaprikornus hutan pinus di wilayah Dlingo ini sangat luas. Di beberapa tempat dibuka untuk wisata yang dikelola warga. Warga memberi nama yang berbeda-beda untuk masing-masing gerbang masuk. Tiap obyek mempunyai keunggulan yang berbeda, tapi paling banyak yakni spot selfie. Kreasi spot selfie-nya sangat bermacam-macam yang manis sekali difoto. Namun kami lebih suka duduk dan menikmati pemandangan. 

Kami bablas ke tujuan yang paling jauh yaitu Puncak Becici dulu. Sepanjang jalan kami terpengaruhi untuk mampir ke obyek lain. Tapi mengingat waktu yang tidak akan cukup untuk semua, maka kami harus menguatkan hati untuk jalan terus.



Dibandingkan dengan obyek wisata lain disekitarnya, Puncak Becici boleh dibilang paling ramai. Sepanjang pintu masuk sudah berjajar pedagang makanan. Teman-teman sanggup membeli ramuan wedang uwuh untuk oleh-oleh. Di sini juga ada pendopo untuk tetirah. Tak ketinggalan spot foto baik yang buatan menyerupai sarang burung dan panggung  lebar, maupun yang alami berupa lereng bukit dengan pemandangan luas hingga cakrawala. Banyak pilihan yang sanggup dilakukan disini. Tapi berhubung Puncak Becici menjadi terkenal sehabis kedatangan Barack Obama, tempat ini menjadi paling ramai. Menurut saya, ramainya masih wajar, tidak berdesak-desakan atau kesulitan untuk foto.

Sebenarnya kalau cuma pengin foto diantara pohon pinus, di Puncak Becici ini juga banyak. Tapi memang pohon-pohonnya tidak setinggi hutan pinus lainnya.




Dari Puncak Becici kami bermaksud pribadi ke hutan pinus alasannya yakni cuaca masih mendung sehabis hujan. Takut hujan lagi. Tapi bawah umur minta mampir ke Lintang Sewu alasannya yakni sepintas tampaknya bagus. Meski juga menyajikan spot foto tapi Lintang Sewu agak berbeda alasannya yakni andalannya bukan pohon pinus melainkan bunga warna warni. Sebagian bunga itu agak rusak diinjak. Entah ada apa dengan kasus para wisatawan yang suka menginjak-injak ini. Semoga bila teman-teman kesini berkenan untuk ikut menjaga keindahannya.


Tinggallah satu obyek wisata yang harus kami datangi, yaitu yang ada hutan pinusnya. Dalam perjalanan ke Becici sebelumnya, kami telah mengincar 2 hutan pinus, yaitu hutan pinus Mangunan, disebut juga hutan pinus Imogiri, dan hutan pinus Asri.

Hutan pinus Mangunan terletak  sehabis rumah Hobbit, sedangkan hutan pinus Asri berada sehabis hutan pinus Mangunan bila dilihat dari arah Jogja. Sebenarnya hutan pinus Mangunan lebih luas, banyak tempat duduk dan banyak spot foto. Tapi waktu itu di sana lebih ramai meski tetap sanggup tertampung semua dengan nyaman. Meski begitu, saya merasa kurang sreg sehinnga menentukan hutan pinus Asri.



Hutan pinus Asri ini seharusnya manis sekali buat foto atau sekedar duduk melongarkan pikiran. Sayangnya waktu itu habis hujan deras sehingga kondisi tanah yang serupa tanah liat itu sangat licin. Hati-hati menentukan pijakan dan pegangan alasannya yakni medan cukup curam. Jika membawa bawah umur harap dijaga alasannya yakni meski licin menyerupai itu banyak yang tetap berlarian. Untung tidak ada yang jatuh. Disini juga ada beberapa spot foto menarik dan rumah spongebob di bikini bottom.

ANTARA PEGUNUNGAN DAN PANTAI

Kami keluar wilayah Dlingo ketika waktu sudah beranjak sore.  Waktu itu kami tidak memakai google maps alasannya yakni sudah pernah lewat sana meski agak lupa. Ancar-ancarnya, di pertigaan Mangunan - makam Imogiri belok kiri. Di pertigaan ke arah Jogja, kita tidak belok kanan masuk jalan yang lebar dan mulus melainkan lurus saja ke selatan, masuk ke kampung, ke jalan Imogiri - Siluk. Di jalan itu ada yang rusak berlubang sehingga dipasangi goresan pena "kendaraan tidak boleh lewat". Berhubung kendaraan beroda empat kami kecil, kami nekad melipir alasannya yakni sudah bersahabat dengan jalan raya. Setelah masuk jalan raya, ikuti saja papan penunjuk arah. Semoga kini sudah diperbaiki alasannya yakni hanya kerusakan kecil. Rutenya sangat gampang dan sepi, jadi sanggup benar-benar sambil menikmati pemandangan yang menyegarkan. Setelah itu kita akan pribadi hingga di Kretek, pintu gerbang pantai-pantai Bantul.

Tapi bila teman-teman ragu, sanggup mengikuti rute yang dipilihkan google maps melalui Jl Parangtritis. Agak memutar tapi jalannya lebih lebar dan jelas. Tentu saja kemudian lintas lebih ramai dan sudah banyak rumah penduduk.

JELAJAH PANTAI

Dari Kretek, lagi-lagi kita punya banyak sekali pilihan. Itulah Jogja, berlimpah obyek wisata. Jika dari Kretek ke barat, ada pantai Samas, Pandansari dan Goa Cemara. Agak jauh lagi ada pantai Kuwaru dan Baru. Jika ke timur ada pantai Depok, Parangkusumo dan Parangtritis. Kami menentukan ke Parangtritis, pantai yang dikelola sebagai tempat wisata lebih dahulu dibandingkan dengan pantai lain. Lagipula kami sudah bertahun-tahun tidak kesana alasannya yakni asik mencoba pantai-pantai yang lebih baru.

Sebelum memasuki daerah pantai Parangtritis, kita harus melewati gerbang besar untuk membayar tiket. Tapi tetapkan tidak lewat sana supaya sanggup menyusur pantai Depok dan Parangkusumo juga. Jadi, persis didepan gerbang itu ada jalan ke arah kampung di kanan jalan. Masuk saja kesitu alasannya yakni tidak ada penunjuk jalannya. Tapi di google map terlihat kok. Ujung dari jalan ini yakni pantai Depok. Kami tidak mampir alasannya yakni masih kenyang. Pantai Depok ini cocok untuk wisata masakan alasannya yakni ada pasar ikan yang jadinya sanggup pribadi minta dimasakkan di warung-warung bersahabat sana. Kalau tidak mau repot menentukan ikan, tinggal pesan saja ke pemilik warung makan. Untuk bermain air, pantai Depok kurang sesuai alasannya yakni curam.

Sepanjang pantai Depok hingga gumuk pasir terlihat klub terbang layang yang sedang latihan. Daerah sini memang kerap dijadikan lokasi mendarat peminat aerosports. Menurut mahir geologi, Shuckin menyerupai dikutip oleh www.geografi.org, gumuk pasir yakni semua akumulasi pasir yang terbentuk akhir angin, baik yang terdapat di daerah pantai maupun di padang pasir. Gumuk pasir antara pantai Depok dan Parangkusumo ini sudah tidak sebanyak dulu, bahkan garis pantai sudah masuk jauh ke daratan dan merendam sebagian jalan lama. Kemungkinan ini akhir penambangan pasir yang tidak terkendali.



Kegiatan penambangan pasir tersebut juga meninggalkan cekungan yang kemudian terisi air sehingga membentuk laguna atau danau kecil. Laguna dan danau kecil tersebut dikelola menjadi tempat wisata baru. Selain untuk duduk-duduk dan spot foto, juga dipakai bawah umur muda untuk ski air. Teman-teman juga masih sanggup mencoba ski pasir lo. Meski area berpasirnya tidak seluas dulu tapi tetap seru.

Sebagian jalan usang penghubung ini yakni spot yang sering dipakai untuk foto pre wedding. Pohon cemara (orang Jogja menyebutnya cemaro urang atau cemara udang) di kanan dan kiri jalan tumbuh lebat sehingga membentuk lorong yang keren bila di foto. Jika ingin berfoto disini, carilah tempat yang sanggup dipakai untuk memarkir kendaraan beroda empat dengan baik alasannya yakni tidak ada tukang parkir dan jalan tidak lebar. Sebelum mencapai Parangkusumo, jalan usang dibelokkan alasannya yakni tergenang air laut.




Pantai Parangkusumo yakni pantai yang dipakai untuk upacara labuhan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Disana ada tempat yang berjulukan Cepuri, tempat Panembahan Senopati yang merupakan cikal bakal kraton Yogyakarta bertapa. Karena itu, bila tidak ada upacara labuhan, pantai ini cenderung sepi. Pantai Parangkusumo juga curam sehingga kurang cocok untuk bermain air. Teman-teman sanggup mendapat dongeng seputar Panembahan Senopati dan berdirinya kraton Yogyakarta.



Pantai Parangtritis kini sudah ditata rapi dan lebih bersih. Tapi tetap saja ada pengunjung sekeluarga di depan kami duduk yang meninggalkan bungkus masakan dan minumannya begitu saja diatas pasir pantai. Teman-teman jangan menyerupai itu, ya! Saya tidak mau berteman dengan orang yang tidak peduli dengan kebersihan sekitar.

Perubahan yang paling terang yakni parkir yang sangat luas, lengkap dengan mesjid. Jadi, sehabis sunset, buru-buru deh kesini buat sholat Maghrib. Bagi anak kecil yang ingin main air sudah ada kolam air tawar sehingga lebih kondusif dibandingkan dengan bermain air di pantai. Pantai Parangtritis landai sehingga pemandangan sanggup bebas lepas ke arah lautan. Tapi bila bermain air di pantai harus tetap waspada, jangan terlalu jauh masuk ke air alasannya yakni ada palung-palung yang tidak tampak.




Fasilitas wisata lainnya juga lengkap, dari kuda, kereta, ATV hingga odong-odong. Penjaga pantai juga sigap mengawasi pengunjung laksana Baywatch. Kami sendiri menentukan main air, menyewa tikar dan ngemil peyek undur-undur yang banyak dijual disana sambil menunggu dikala matahari tenggelam.

Hari kian gelap, sebaiknya teman-teman segera menuju ke bandara Adi Sucipto. Saya punya prinsip, lebih baik menunggu usang di bandara daripada ketinggalan pesawat. Teman-teman sanggup makan malam di bandara. Kalau mau mengirit, sanggup beli nasi ayam penyet yang banyak terdapat di tepi jalan. Selain pelayanannya cepat, juga bikin kenyang sehabis seharian beraktivitas fisik. Jika waktu masih cukup banyak, sanggup mampir juga ke restoran yang khas Jogja contohnya ayam Ny Soeharti atau gudeg Yu Djum. Sepanjang jalan raya Jogja - Solo menuju bandara juga banyak toko oleh-oleh.

Nggak perlu nunggu cuti panjang kok buat ke Jogja.  

Info Cukup Setengah Hari Di Selatan Jogja Menjelajah Pegunungan Dan Pantai Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar