Orang Jawa menyebutnya jenang. Secara nasional, makanan ini disebut bubur candil. Bubur candil terbuat dari tepung ketan yang dikentalkan dengan gula jawa. Citarasanya manis. Biasanya dilengkapi dengan bubur sunsum dan bubur mutiara. Agar rasanya seimbang, kuah yang dipakai ialah kuah santan gurih.
Jaman saya kecil, cukup duduk didepan rumah, bakul jenang akan lewat tiap pagi, digendong oleh embok-embok. Saat ini jenang menyerupai itu sanggup didapat di supermarket dalam kemasan gelas plastik, Namun yang bercitarasa tradisional, yaitu yang dimasak didalam kuali, sangat
sulit didapat. Di Jogja, hanya saya temui di pasar Lempunyangan, bersahabat dengan stasiun kereta api Lempuyangan.
Baru-baru ini pasar Lempuyangan digelari pasar terbersih di Jogja. Sebenarnya pasar ini biasa saja menyerupai pasar-pasar lainnya. Pasar ini tidak terlalu luas, dan tidak megah pula. Bersih bukan berarti lantainya mengkilat, melainkan tetap saja kusam menyerupai lantai pasar pada umumnya. Bedanya disini tidak ada genangan air yang menciptakan becek kemana-mana atau lalat yang mengerubungi sampah yang berserakan.
Jenang gres dijual sekitar jam 10.00. Harganya hanya Rp 3.000,- per bungkus. Penjualnya sendiri turun temurun, cukup mengagumkan sebab sanggup bertahan hingga sekarang. Eunak. Sepertinya sebungkus tak cukup.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon