Selasa, 31 Juli 2018

Info 39 Tahun Indonesia Ada Di Tmii

Pernah mendengar penulis berjulukan Jules Verne? Jules Verne dikenal dengan imajinasinya yang kala itu dirasa terlampau muluk, antara lain wacana kapal selam, wacana misteri perairan dunia dan sebagainya. Ternyata imajinasi Jules Verne itu tidak sepenuhnya ngawur. Tentang kapal selam misalnya, meski ketika itu mustahil, suatu ketika insan niscaya akan punya keinginan berpengaruh untuk melihat apa yang ada didalam air. Salah satu bukunya yang sangat terkenal dan sudah difilmkan yaitu Around The World in Eighty Days.
Ya, jikalau ada orang yang punya keinginan untuk mengitari dunia dalam 80 hari, keinginan untuk mengelilingi Indonesia hanya dalam sehari bukanlah sesuatu yang mengada-ada.

Di masa media umum kini ini, bertukar foto kala senja di banyak sekali wilayah Indonesia sangatlah gampang dan cepat. Dari situ kita bisa melihat indahnya Ambon, Selayar, Kuta, Pangandaran, Padang, sampai Sabang dengan langit yang kemerahan. Tapi bagaimana jikalau tidak hanya foto melainkan seluruh Indonesia diletakkan dalam satu tempat dan bisa kita kunjungi dalam satu hari?
Indonesia dari atas kereta gantung. Dokumentasi pribadi.
Menyatukan keragaman akhlak dan budaya negara seluas 5.193.250 km2 kedalam satu lokasi tentu tak mudah. Setelah memakan waktu 3 tahun untuk pembangunannya, TMII atau Taman Mini Indonesia Indah diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Dengan banyak sekali penyempurnaan menurut perkembangan masing-masing daerah, TMII ketika ini mempunyai 33 anjungan daerah, 18 museum, 7 rumah ibadah, taman tumbuhan dan fauna, serta tak ketinggalan sarana rekreasi.
TMII yaitu tujuan wisata paling terkenal di Indonesia. TMII tidak hanya sekedar menyandang status sebagai tempat untuk bersenang-senang tapi juga mempunyai muatan edukasi. Sebagai wisata edukasi, TMII tidak melulu menunjukkan pengetahuan dengan penyampaian yang membosankan, tetapi lebih kepada visualisasi yang sebelumnya tidak mungkin untuk dilakukan tanpa bepergian keliling Indonesia. Ketika masih sekolah, saya selalu mengharapkan bisa study tour ke TMII. Sayang, hal itu tidak terwujud alasannya yaitu biaya perjalanannya terlalu mahal bagi sebagian besar siswa di sekolah kami. Setelah bisa membiayai sendiri perjalanan itu, barulah saya dan keluarga niatkan untuk tiba ke TMII dua tahun lalu. Kami menciptakan jadwal khusus berkunjung ke TMII dalam perjalanan kami dari Jawa Tengah ke Riau.
Bagi kami, TMII bukan hanya sekumpulan rumah adat, melainkan juga nostalgia ke daerah-daerah yang pernah kami tinggali. Kami berseru girang tiap melihat papan nama daerah-daerah yang pernah kami tinggali. Apalagi waktu itu kami membawa kendaraan beroda empat sendiri sehingga puas berkeliling. Meski demikian, tak lengkap rasanya kalau tidak melihat Indonesia dari atas memakai kereta gantung.
Banyak yang tiba ke TMII dengan keinginan untuk melihat rumah akhlak dan budaya tempat lain. Tapi bagi pengunjung yang berasal dari tempat yang jauh di luar Jawa, melihat rumah akhlak wilayahnya sendiri ada di TMII mengakibatkan sensasi tersendiri, ada perasaan senang, takjub dan bangga. Benda mati, jikalau merupakan representasi keunikan hidup kita, akan menunjukkan kesan yang mendalam.
Karena itu, anjungan favorit kami yaitu Riau, tempat kami tinggal untuk waktu yang cukup lama. Kami bahagia sekali melihat bangunan anjungan Riau persis ibarat aslinya, seolah berkata, "Riau ada disini!" Di anjungan Riau ini masyarakat seluruh Indonesia bisa mengenal lebih bersahabat akhlak budaya Melayu yang melatarbelakangi sebagian besar kehidupan bangsa. Dari bumi Melayu pulalah bahasa Indonesia berasal.
Tak hanya itu, anjungan Riau juga membantu masyarakat Riau untuk mengenal dirinya lebih baik lagi. Beberapa hari lalu, Gubernur Riau meresmikan museum masyarakat Tionghoa di TMII. Meski ini menciptakan kami heran, tapi lama-lama kami paham bahwa Riau yaitu propinsi yang terbuka, termasuk kepada masyarakat Tionghoa. Bahkan pemerintah tempat mendukung upacara Bakar Tongkang di Bagansiapi-api tiap tahun.
TMII sudah punya monorail mendahului Jakarta. Dokumentasi pribadi
TMII tak hanya mengumpulkan visualisasi akhlak dan budaya daerah, tapi juga membangun beberapa gedung dengan arsitektur modern tapi tetap unik, contohnya Istana Anak-anak Indonesia yang ibarat istana dongeng, Museum Purna Bhakti Pertiwi yang ibarat tumpeng, serta tentusaja teater IMAX Keong Mas yang terkenal itu.
TMII juga tidak mau tinggal membisu sebagai bangunan-bangunan wisata. Banyak kegiatan digelar disana, baik yang diadakan oleh pengelola TMII sendiri, maupun oleh pihak luar yang menyewa tempat di TMII. Suasana TMII jadi selalu hidup oleh kegiatan kesenian dan komunitas. Jika ingin berkunjung diubahsuaikan dengan program budaya yang ada, bisa melihat jadwalnya di www.tamanmini.com. Waktu saya berkunjung ke TMII lalu, beberapa anak usia sekolah dasar sedang berlatih tari untuk suatu kegiatan. Menyenangkan melihat bawah umur kecil sudah menguasai tarian daerah. Bolehlah punya cita-cita tinggi bahwa budaya Indonesia akan lestari.
Pada kunjungan kami tersebut, kami menerima bonus menyaksikan mengambilan gambar untuk film laga. Jalanan yang anggun dan lebar di TMII menjadi tempat yang cocok untuk direkayasa menjadi jalan raya. Adegannya sangat menenggangkan, kebut-kebutan dan sesekali sengaja bersenggolan. Sayang, kami tidak diperbolehkan mendekat untuk melihat pemain drama ganteng berwajah indo yang menjadi pemeran utamanya, sehingga kami tidak tahu namanya. Heheheee....
Bonus menonton adegan tabrak kebut-kebutan yang seru. Dokumentasi pribadi.
Perjalanan yang sudah saya idamkan semenjak kecil itu sayangnya tidak menyisakan banyak dokumentasi. Tahun kemudian rumah kami dirampok dan laptop yang berisi foto-foto perjalanan kamipun ikut amblas dan hanya bisa menyelamatkan beberapa foto dari akun twitter saya. Jika ada rejeki, kami akan menciptakan jadwal khusus lagi ke TMII alasannya yaitu belum semua anjungan dan akomodasi kami datangi.

Info 39 Tahun Indonesia Ada Di Tmii Rating: 4.5 Diposkan Oleh: anton
Terima kasih sudah berkomentar